Fidila Vania Aziz, S.Kom.
Naah Iki Loh Sidang Keliling Karo BDBS
RUMUS MENETAPKAN BESARAN MUT’AH DAN WAKTU MENYERAHKANNYA Oleh: H. A. Zahri, S.H, M.HI (Wakil Ketua PA. Banyuwangi)
RUMUS MENETAPKAN BESARAN MUT’AH DAN WAKTU MENYERAHKANNYA
Oleh: H. A. ZAHRI, S.H
(Wakil Ketua Pengadilan Agama Banyuwangi)
- Pendahuluan
Keperpihakan Islam terhadap kaum perempuan sangat nyata. Dalam segala aspek kehidupan perempuan mendapat tempat yang terhormat sesuai fungsi dan perannya. Meskipun dalam segala hal tidak harus setara dengan kaum laki-laki. Kesetaraan gender bukanlah dari norma Islam, jika semua hal harus setara antara laki-laki dan perempuan, maka akan bias gender bahkan terjadi pemerkosaan hak dan kewajiban.
Dengan dalih persamaan, kemudian perempuan juga diwajibkan menanggung nafkah keluarga setara dengan laki-laki, maka akan memberatkan kaum perempuan. Boleh jadi perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam mengais rezeki di ruang public, tapi harus diingat tugas domestiknya yang utama adalah membersamai anak-anak mereka dalam pendidikan pertama, khususnya pendidikan karakter.
Dalam pandangan Islam yang utama bukan persamaan hak dan kewajiban, namun keadilan gender. Keadilan makna sederhananya adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya atau memberikan hak kepada yang berhak. Berbasis keadilan gender, Islam menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai penanggungjawab sumber utama pendapatan rumah tangga. Firman Allah Swt Surat An Nisa’ ayat 34:
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِم
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.”
Hak dan kewajiban dalam bangunan rumah tangga Islam telah diatur sedemikian rupa secara berimbang. Bahkan dalam hal rumah tangga berpisah jalan karena suatu hal yang tidak bisa dipertemukan, Islam juga memberi solusi yang elegan. Untuk melindungi kaum perempuan dari hegemoni laki-laki ada kewajiban yang harus dibayar mantan suami kepada mantan istri, antara lain: nafkah terhutang, mut’ah dan iddah.
- Arti Mut’ah dan Landasan Yuridisnya
Kata mut'ah (متعة ) berasal dari kata متع artinya senang. Bentuk lainnya المتاع)) yang berarti sesuatu yang dijadikan sebagai objek bersenang-senang ما يستمتع به) ). Secara definitif, makna mut’ah menurut Muhammad al-Khathib Asy-Syarbainiy, dalam kitabnya Mugniy al-Muhtaj, adalah:
مال يجب على الزوج دفعه لامرأته المفارقة في الحياة بطلاق وما في معناه
“sejumlah harta yang wajib diserahkan suami kepada isterinya yang telah diceraikannya semasa hidupnya dengan cara talak atau cara yang semakna dengannya”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mutah ialah sesuatu (uang, barang dsb) yang diberikan suami kepada istri yang telah diceraikannya sebagai bekal hidup (penghibur hati) bekas istrinya.
Pemberian mut’ah dimaksudkan untuk memberikan kesenangan atau setidaknya mengobati rasa sakit hati karena dicerai suami. Atau bahkan menjadi bekal hidup selama menjalani hidup sebagai janda. Suami yang bertanggung jawab akan memberikan mut’ah yang layak kepada mantan istrinya meskipun tanpa diminta atau dituntut di pengadilan.
Landasan yuridis pemberian mut’ah adalah Al Qur’an, Al Hadis, aqwal para ulama’ dan ketentuan hukum positif. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah 241:
وَلِلْمُطَلَّقَاتِ مَتَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ
"Kepada wanita-wanita yang diceraikan (hendaklah diberikan oleh suaminya) mut`ah menurut yang ma`ruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang takwa."
عَن ْ عَاءِشَة َ أَن َّ عَمْرَةِ بنت الجَوْن ِ تَعَو َّ ذَت ْ مِن ْ رَسُوْلَ الله صَلى عَلَيْه ِ وَسَلَّم َ حِين َ اُدْخِلَت ْ عَلَيْهِ. فَقَال َ لَقَد ْ عُذْت ِ بِمُعَا ذ فَطَلَّقَهَا. وَاَمَرأَسَامَة َ أو ْ أَنَسًا, فَمَتَّعَهَا بِثَلَلثَة ِ أَثْوَاب ٍ رَا ٍزِقِيَّة
“Dari Aisyah sesunggunya Amrah binta al Jaun meminta perlindungan kepada Rasulullah SWA ketika dia digauli olehnya. Lalu Rasul berkata sesungghnya engkau telah berlindung kepada Mu’adz. Lalu beliau menceritakannya dan memerintahkan Usmah atau Ans agar memberikan mut’ah padanya dengan tiga kain linen putih”. (HR. Ibnu Majah)
Zakariya al-Anshari dalam Asna al-Mathalib Syarhu Raudl ath-Thalib mengemukakan:
الْبَابُ الْخَامِسُ فِي الْمُتْعَةِ -- هِيَ اسْمٌ لِلْمَالِ الَّذِي يَجِبُ عَلَى الرَّجُلِ دَفْعُهُ لِامْرَأَتِهِ بِمُفَارَقَتِهِ إيَّاهَا
“Bab kelima tentang mut’ah. Mut’ah adalah nama untuk menyebut harta-benda yang wajib diberikan seorang (mantan) suami kepada (mantan) isterinya karena ia menceraikannya”.
Dalam hukum positif diatur pada Pasal 149 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, “ Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib: a. memberikan mut`ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut qobla al dukhul”.
Pendapat yang kuat menyatakan bahwa istri mendapat mut’ah dari suami jika suami yang berkehendak menceraikan istri (cerai talak). Apabila inisiatif dari pihak istri (cerai gugat) atau disebabkan oleh pihak istri, maka gugurlah hak mut'ah bagi istri. Hal mana termuat dalam kitab Kifayah al-Akhyar karangan Taqiyuddin Muhamman Abu Bakar al-Husaini
وَكُلُّ فُرْقَةٍ مِنْهَا أَوْ بِسَبَبٍ لَهَا فِيهَا لَا مُتْعَةَ فِيهَا كَفَسْخِهَا بِإِعْسَارِهِ أَوْ غَيْبَتِهِ أَوْ فَسْخِهِ بِعَيْبِهَا
Artinya: “Setiap perceraian yang terjadi karena inisiatif dari pihak perempuan atau disebabkan oleh pihak perempuan maka tidak ada mut’ah, seperti pihak perempuan menggugat cerai suaminya karena si suami tidak mampu mencukupi nafkahnya atau menghilang, atau pihak lelaki mengajukan tuntutan cerai karena adanya aib pada isterinya.”
Pendapat di atas berbeda dengan SEMA No. 2 Tahun 2019 - Rumusan Kamar Agama - C.1.b yang menentukan, “Dalam rangka pelaksanaan Perma Nomor 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perempuan Berhadapan dengan Hukum untuk memberi perlindungan hukum bagi hak-hak perempuan pasca perceraian, maka amar pembayaran kewajiban suami terhadap istri pasca perceraian dalam perkara Cerai Gugat dapat menambahkan kalimat sebagai berikut: “... yang dibayar sebelum Tergugat mengambil akta cerai”, dengan ketentuan amar tersebut dinarasikan dalam posita dan petitum gugatan.
- 3. Rumus Menetapkan Besaran Mut’ah dan Waktu Menyerahkannya
Seputar besar atau jumlah mut’ah pada umumnya disebut berdasarkan kemampuan suami dan kepatutan. Firman Allah Swt:
…وَّمَتِّعُوْهُنَّ عَلَى الْمُوْسِعِ قَدَرُهٗ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهٗ ۚ مَتَاعًا ۢبِالْمَعْرُوْفِۚ حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِيْنَ
…. dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), Yaitu pemberian menurut yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. al-Baqarah [2]: 236)
Hal senada dirumuskan dalam SEMA No. 7 Tahun 2012 - Kamar Agama – 16 tentang Kriteria Penentuan Besaran Mut’ah, Nafkah Iddah dan Nafkah Anak. Kriterianya adalah dengan mempertimbangkan kemampuan suami dan kepatutan, seperti lamanya masa perkawinan, besaran take-home-pay suami.
Disempurnakan dengan SEMA No. 3 Tahun 2018 - Kamar Agama – III.A-2 dan SEMA No. 1 Tahun 2017 - Rumusan Hukum Kamar Agama - C.1. sehingga berbunyi: “Hakim dalam menetapkan nafkah madhiyah, nafkah iddah, mut’ah dan nafkah anak, harus mempertimbangkan rasa keadilan dan kepatutan dengan menggali fakta kemampuan ekonomi suami dan fakta kebutuhan dasar hidup isteri dan/atau anak.”
Penentuan besar atau jumlah mut’ah atas dasar kemampuan suami dan kepatutan masih belum menghasilakan rumus yang konkrit. Pada saat hakim menggali kemampuan ekonomi suami, seringkali suami merendahkan kemampuan ekonominya. Sementara azas kepatutan ukuranya masih wilayah abu-abu, apakah berdasarkan Upah Minimum Regional atau wilayah domisisil para pihak: pedesaan atau perkotaan, perumahan elit atau kampung alit/kumuh.
Penetapan besar mut’ah yang konkrit sebagaimana dikemukakan Abu Zahrah dalam Kitab Ahwalu Syahsyiyah halaman 33, yakni sebesar nafkah yang diberikan suami saat masih rukun dikalikan setahun atau 12 bulan.
إنه اذا كان الطلاق بعد الدخول بغير رضاها تكون لها متعة هي نفقة سنة بعد انتهاء العدة.
“Apabila talak dijatuhkan setelah istri disetubuhi (ba’da al-dukhūl), sedangkan isteri tidak rela atas talak tersebut, maka istri berhak memperoleh mut’ah dari bekas suaminya, yaitu setara dengan nafkah selama satu tahun terhitung sejak lepas iddah”.
Hakim lebih mudah menggali berapa belanja yang diberikn suami ketika masih rukun. Dalam hal ini suami cendrung mengemukakan apa adanya atau bahkan lebih tinggi karena tidak menyangka akan dijadikan dasar penentuan mut’ah, sementara istri sering mengemukakan lebih rendah untuk mendapat konpensasi melalui mut’ah, nafkah iddah dll.
Pendapat Abu Zahrah tersebut harus dihubungkan dengan lama suami-istri mengarungi rumah tangga. Tentu berbeda besar mut’ah antara suami-istri yang rukun hanya enam bulan dan yang puluhan tahun. Untuk memenuhi rasa keadilan kiranya dapat dibikin rumus:
m = p x n x 12
- Mut’ah = m
- Kelipatan persentasi angka 8 dalam setahun – 12 tahun = p
- Nafkah yang berikan suami saat rukun = n
- Setahun 12 bulan
Contoh: Jika suami istri rukun selama 6 tahun, maka 8/100 x 6 = 0,48, nafkah yang diberikan saat rukun semisal =Rp1.000.000,00, maka mut’ah = 0,48 x Rp1.000.000,00 x 12 = Rp5.760.000,00. Bila suami-istri rukun selama 12 tahun, maka 8/100 x 12 = 0,96 atau dibulat 1, maka mut’ah =1 x Rp1.000.000,00 x 12 = Rp12.000.000,00 dan di atas 12 tahun dihitung 1 atau 100%.
Rumus berikutnya yang juga konkrit cara menghitung nafkah mut’ah adalah dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Kemampuan financial yang faktual dari suami
- Lamanya perkawinan (lamanya tinggal bersama sehingga terjadi mu’asyarah bil ma’ruf) dan kebaikan isteri
- Pemenuhan kebutuhan atau nafkah wajib yang dilakukan oleh suami kepada istri ketika masih berumah tangga dan jumlah keturunan.
Dalam buku Pengantar Jurimetri dan Penerapannya oleh M. Natsir Asnawi, nilai mut’ah bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:
- Mut’ah = m
- Jumlah keturunan dan pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh suami = ...%
- Penghasilan yang dapat disisihkan = p
- Lama suami istri tinggal bersama (saling melayani satu sama lain) = h
m = ...% x p x h
Sebagai contoh:
Jika sepasang suami istri memiliki 4 anak selama hidup bersama, dan telah memenuhi nafkah wajib kepada istri, maka besaran presentasi yang dipakai adalah 15% (besaran presentasi ini disesuaikan dengan rasa keadilan Hakim dengan berpatokan pada jumlah anak dan pemenuhan nafkah wajib ketika berumah tangga)
- Penghasilan suami setelah dikurangi dengan kebutuhan: Rp500.000,00
- Lama pernikahan dimana istri melaksanakan kewajibannya (bisa menggunakan perhitungan tahun atau bulan disesuaikan dengan rasa keadilan) misal 60 bulan
m = ...% x p x h
M = 15% x 500.000 x 60
M = Rp4.500.00,00
Soal waktu penyerahan mut’ah, dalam al-Qur’an, sunnah, kitab fiqih serta Kompilasi Hukum Islam tidak ditemukan secara pasti mengenai batas waktu dan tempat penyerahan mut’ah. Beberapa hakim melakukan terobosan hukum yang logis sesuai azas keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan, yakni menghukum suami membayar mut’ah sebelum ikrar talak. Meskipun mut’ah merupakan kewajiban yang terjadi setelah perceraian, namun harus dibayar terlebih dahulu sebelum suami mengucapkan ikrar talak, sehingga apa yang menjadi hak istri bukanlah pepesan kosong, tetap bisa menjadi kenyataan.
Terobosan hakim menghukum suami membayar nafkah sebelum ikrar talak pada kasus cerai talak pernah dianulir oleh Mahkamah Agung melalui SEMA No. 3 Tahun 2015 - Rumusan Kamar Agama - C.12. yang berbunyi: “Dalam amar putusan cerai talak, tidak perlu menambahkan kalimat “Memerintahkan Pemohon untuk membayar atau melunasi beban akibat cerai sesaat sebelum atau sesudah pengucapan ikrar talak”, karena menimbulkan eksekusi premature.
Kemudian ketentuan tersebut di atas dicabut dengan SEMA No. 1 Tahun 2017 - Rumusan Kamar Agama - C.1. yang menggariskan: “Dalam rangka pelaksanaan Perma No. 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Mengadili Perkara Perempuan Berhadapan dengan Hukum untuk memberi perlindungan hukum bagi hak-hak Perempuan pasca perceraian, maka pembayaran kewajiban akibat perceraian, khususnya nafkah iddah, mut’ah dan nafkah madliyah, dapat dicantumkan dalam amar putusan dengan kalimat dibayar sebelum pengucapan ikrar talak. Ikrar talak dapat dilaksanakan bila istri tidak keberatan atas suami tidak membayar kewajiban tersebut pada saat itu.
Banyak upaya yang dilakukan pengadilan agar hak-hak perempuan dan anak bisa terlunasi tanpa prosedur eksekusi, baik dengan pendekatan persuasif maupun dengan tekanan yang terukur, misalnya menahan akta cerai dengan batas tertentu sebelum lahir Sema No. 1 Tahun 2017 tersebut. Allahu “alam bi shawab.
Drs. AMBARI, M.S.I. (Administrasi Persidangan)
Nama
Drs. AMBARI, M.S.I.
Tempat / Tanggal Lahir
Banyuwangi, 07 Agustus 1964
NIP
19640807.199403.1.004
Jabatan
Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi
Pangkat/ Golongan
IV/c - PEMBINA UTAMA MUDA
NO |
SK |
TAHUN |
LINK |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
SK HAKIM PENGAWAS BIDANG | 2023 | UNDUH |
NO |
TINGKAT |
NAMA INSTANSI / LEMBAGA |
JURUSAN |
STTB/TANDA LULUS/IJAZAH TAHUN |
TEMPAT |
NAMA KEPALA SEKOLAH DIREKTUR/ DEKAN/PRO-MOTOR |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
1. |
S2 |
Universitas Islam Indonesia |
Ekonomi & Bisnis Syariah |
2007 |
Indonesia |
Rektor UII Yogyakarta |
2. |
S1 |
IAIN SUNAN KALIJAGA |
Hukum Islam |
1990 |
Indonesia |
Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta |
3. |
SLTA/SEDERAJAT |
PENDIDIKAN GURU AGAMA |
|
1984 |
Indonesia |
Kepala Sekolah |
4. |
SLTP/SEDERAJAT |
SEKOLAH MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI |
|
1981 |
Indonesia |
Kepala Sekolah |
5. |
SD |
SD Negeri Watukebo |
|
1976 |
Indonesia |
Kepala Sekolah |
NO |
JABATAN/ PEKERJAAN |
MULAI DAN SAMPAI |
GOL RUANG PENGGAJIAN |
GAJI POKOK |
SURAT KEPUTUSAN |
||
PEJABAT |
NOMOR |
TGL |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
1 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Banyuwangi |
03 Maret 2020 Dan 03 Maret 2020 |
|
|
Ketua Mahkamah Agung RI |
25/KMA/SK/II/2020 |
10 Februari 2020 |
2 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Sleman |
02 Februari 2016 Dan
|
|
|
DIRJEN BADILAG MA RI |
3438/DJA/KP.04.6/SK/12/2015 |
28 Desember 2015 |
3 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Purworejo |
07 Juni 2010 Dan
|
|
|
DIRJEN BADILAG MA RI |
1550/DJA/KP.04.6/III/2010 |
19 Maret 2010 |
4 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Klaten |
01 Juni 2001 Dan
|
|
|
KETUA PTA SEMARANG |
PTA.k/K/Kp.07.5/729/2001 |
21 Mei 2001 |
5 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Pati |
31 Oktober 2000 Dan
|
|
|
KABAG III BIRO KEPEGAWAIAN |
B.II/3/7933/2000 |
19 Oktober 2000 |
6 |
Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar`iyah Lhok Seumawe |
01 Mei 1999 Dan
|
|
|
SEKRETARIS JENDERAL |
B.II/3-E/742 |
10 April 1999 |
7 |
Staf Mahkamah Syar`iyah Lhok Seumawe |
01 Juli 1995 Dan
|
|
|
KETUA PTA BANDA ACEH |
PTA.a/K/Kp.00.3/871/95 |
22 Juni 1995 |
8 |
Calon Hakim Mahkamah Syar`iyah Lhok Seumawe |
02 Juli 1995 Dan
|
|
|
Ketua PTA Banda Aceh |
PTA.a/K/Kp.00.3/871/95 |
22 Juni 1995 |
9 |
Staf Mahkamah Syar`iyah Lhok Seumawe |
01 Maret 1994 Dan
|
|
|
KEPALA BIRO KEPEGAWAIAN |
B.II/3-E/PB.I/7822 |
07 Juli 1994 |
NO |
NAMA/BINTANG LENCANA PENGHARGAAN |
TAHUN PEROLEHAN |
NAMA NEGARA/INSTANSI YANG MEMBERI |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
SATYALANCANA KARYA SATYA 20 TAHUN |
2018 |
Indonesia |
2 |
SATYA KARYA SEWINDU |
2019 |
Indonesia |
NO |
LHKPN/LHKASN |
TAHUN |
LINK |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
LHKPN | 2021 | https://drive.google.com/file/d/1rtWFnkrfNqIoguYgeqwBh4VH_iZm_Kxy/view?usp=sharing |
2 | LHKPN | 2020 | https://drive.google.com/file/d/1b_nJ0DjE3g0x_Ztb74t-y042z-9dNPOs/view?usp=sharing |
MOH. RASID, S.H., M.H.I. (Kinerja Pelayanan Publik)
Nama
MOH. RASID, S.H., M.H.I.
Tempat / Tanggal Lahir
Probolinggo, 18 Oktober 1961
NIP
196110181983031001
Jabatan
Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi
Pangkat/ Golongan
Pembina Utama Madya (IV/d)
NO |
SK |
TAHUN |
LINK |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
SK HAKIM PENGAWAS BIDANG | 2023 | UNDUH |
NO |
TINGKAT |
NAMA INSTANSI / LEMBAGA |
JURUSAN |
STTB/TANDA LULUS/IJAZAH TAHUN |
TEMPAT |
NAMA KEPALA SEKOLAH DIREKTUR/ DEKAN/PRO-MOTOR |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
1. |
S2 |
Univ. Darul Ulum | Magister Ilmu Hukum | 2013 |
Indonesia |
Rektor Univ. Darul Ulum |
2. |
S1 |
Univ. 17 Agustus 1945 Surabaya | Hukum Perdata | 1994 |
Indonesia |
Rektor Univ 17 Agustus 1945 Surabaya |
3. |
SLTA/SEDERAJAT |
PGA 6 TAHUN |
|
1980 |
Indonesia |
Kepala |
4. |
SLTP/SEDERAJAT |
PGA 4 TAHUN |
|
1977 |
Indonesia |
Kepala |
5. |
SD |
SDN |
|
1973 |
Indonesia |
Kepala Sekolah Dasar Negeri |
NO |
JABATAN/ PEKERJAAN |
MULAI DAN SAMPAI |
GOL |
GAJI POKOK |
SURAT KEPUTUSAN |
||
PEJABAT |
NOMOR |
TGL |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
1 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Banyuwangi |
24 Januari 2022
|
|
|
Ketua Mahkamah Agung RI |
36/KMA/SK/I/2022 | 24 Januari 2022 |
2 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Bangkalan |
06 Maret 2020 |
|
|
KETUA MAHKAMAH AGUNG RI | 25/KMA/SK/II/2020 | 10 Februari 2020 |
3 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Bangil | 28 Desember 2015 |
|
DIRJEN BADILAG MA RI | 3526/DJA/KP.04.6/SK/12/2015 | 28 Desember 2015 | |
4 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Bondowoso | 01 November 2011 |
|
|
KETUA MAHKAMAH AGUNG | 2298/DJA/KP.04.6/SK/IX/2011 | 09 September 2011 |
5 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Badung | 02 November 2009 |
|
|
Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama MA-RI |
4695/DJA/KP.04.6/IX/2009 | 04 September 2009 |
6 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Grogot |
01 Juni 2006 |
|
|
SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG | MA/SEK/114/SK/III/2006 | 15 Maret 2006 |
7 |
Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Banyuwangi | 01 Januari 2002 |
|
|
Menteri Agama | PTA.m/KP.07.6/5034/SK/2001 | 14 Desember 2001 |
8 |
Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Situbondo | 29 Juli 2000 |
|
|
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA | PTA.m/Kp.07.6/1761/SK/2000 | 29 Juli 2000 |
9 |
Kepala Sub Bagian Pengadilan Agama Banyuwangi | 01 Februari 1992 |
|
|
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA | PTA.M/KP.07.6/687/SK/1994 | 19 Mei 1994 |
10 |
Panitera Pengganti Pengadilan Agama Banyuwangi |
11 April 1990 |
|
|
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA | PTA.m/13/Kd/151/SK/90 | 11 April 1990 |
11 |
Kepala Sub. Bagian Umum Pengadilan Agama Banyuwangi |
01 Maret 1989 | Menteri Agama | KEP/E/KP.07.6/36/89 | 04 Februari 1989 | ||
12 | Juru Sita Pengganti Pengadilan Agama Banyuwangi |
01 November 1988 | KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA | PTA.m/13/Kd/226/SK/98 | 20 Desember 1988 | ||
13 | PNS - Panitera Sekretaris Pengadilan Agama Banyuwangi |
01 Juli 1984 | Menteri Agama | PTA.m/7/K.d/85/SK/1984 | 14 Juni 1984 | ||
14 | CPNS - Panitera Muda Permohonan Pengadilan Agama Banyuwangi |
01 Maret 1983 | KEPALA BIRO KEPAGAWAIAN DEPARTEMEN AGAMA | B.II/3-C/PB.I/4083 | 09 Mei 1983 |
NO |
NAMA DIKLAT |
PENYELENGGARA DIKLAT |
NOMOR SERTIFIKAT |
TANGGAL SERTIFIKAT |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
1 |
Diklat Prajabatan Golongan II | Balai DIKLAT PTK Surabaya | L/BDL.VII/18/LPJ/1984 | 17 April 1984 |
2 |
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV | DEPARTEMEN AGAMA | - | 18 Juli 1996 |
3 |
Diklat Calon Hakim | BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN |
- |
14 Juli 2005 |
4 |
Diklat Manajemen Panitera |
MAHKAMAH AGUNG RI |
- |
20 Agustus 1997 |
5 | Diklat Teknis Fungsional Jurusita/Jurusita Pengganti Peradilan Agama | PENGADILAN TINGGI AGAMA SURABAYA | 24 Desember 1993 |
NO |
NAMA/BINTANG LENCANA PENGHARGAAN |
TAHUN PEROLEHAN |
NAMA NEGARA/INSTANSI YANG MEMBERI |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
SATYALANCANA KARYA SATYA XXX TAHUN |
2014 |
Indonesia |
2 |
SATYALANCANA KARYA SATYA X TAHUN |
2002 |
Indonesia |
NO |
LHKPN/LHKASN |
TAHUN |
LINK |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
LHKPN | 2021 | https://drive.google.com/file/d/1wX3wS9T7jc5QZNMXD0H2C1Dp7YWU0lNv/view?usp=sharing |
ZAINURI JALI, S.Ag., M.H. (Kinerja Pelayanan Publik)
Nama
ZAINURI JALI, S.Ag., M.H.
Tempat / Tanggal Lahir
Gresik, 14 September 1970
NIP
197009141997031003
Jabatan
Hakim Pengadilan Agama Banyuwangi
Pangkat/ Golongan
Pembina Utama Muda (IV/c)
NO |
SK |
TAHUN |
LINK |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
SK HAKIM PENGAWAS BIDANG | 2023 | UNDUH |
NO |
TINGKAT |
NAMA INSTANSI / LEMBAGA |
JURUSAN |
STTB/TANDA LULUS/IJAZAH TAHUN |
TEMPAT |
NAMA KEPALA SEKOLAH DIREKTUR/ DEKAN/PRO-MOTOR |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
1. |
S-2 |
Univ.17 Agustus 1945 Jakarta |
S-2 ILMU HUKUM |
2008 |
Indonesia |
Rektor |
2. |
S-1 |
Universitas Islam Negeri Sulthan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru |
Hukum Syariah |
1996 |
Indonesia |
Rektor |
3. |
SLTA/SEDERAJAT |
Madrasah Aliyah Negeri |
|
1992 |
Indonesia |
Kepala Sekolah |
4. |
SLTP/SEDERAJAT |
Madrasah Tsanawiyah |
|
1987 |
Indonesia |
Kepala sekolah |
5. |
SD |
Sekolah Dasar |
|
1981 |
Indonesia |
Kepala Sekolah |
NO |
JABATAN/ PEKERJAAN |
MULAI DAN SAMPAI |
GOL |
GAJI POKOK |
SURAT KEPUTUSAN |
||
PEJABAT |
NOMOR |
TGL |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
1 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Banyuwangi |
13 Februari 2023 dan
|
|
|
KETUA MAHKAMAH AGUNG RI |
24/KMA/SK/II/2023 |
13 Februari 2023 |
2 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Nganjuk |
20 Juli 2022 dan
|
|
|
DIRJEN BADILAG |
2054/DjA/KP.04.6/SK/7/2022 |
20 Juli 2022 |
3 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Nganjuk |
12 Maret 2020 dan
|
|
|
KETUA MAHKAMAH AGUNG RI |
25/KMA/SK/II/2020 |
10 Februari 2020 |
4 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Bangkalan |
20 Agustus 2015 dan 11 Maret 2020 |
|
|
DIRJEN BADILAG MA RI |
2113/DjA/KP.04.6/SK/8/2015 |
20 Agustus 2015 |
5 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Bangli |
09 November 2011 dan
|
|
|
Dirjen Badilag |
2318/DJA/KP.04.6/SK/IX/2011 |
09 November 2011 |
6 |
Hakim Tingkat Pertama Pengadilan Agama Kalabahi |
29 Mei 2009 dan
|
|
|
Dirjen Badilag |
2938/DjA/KP.04.6/V/2009 |
29 Maret 2009 |
7 |
Panitera Pengganti Pengadilan Agama Bogor |
14 Februari 2005 dan
|
|
|
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Mataram |
PTA.iK/KP.07.6/254/2005 |
14 Februari 2005 |
8 |
Juru Sita Pengganti Pengadilan Agama Bogor |
01 Mei 2002 dan
|
|
|
Ketua Pengadilan Agama Bogor |
PTA.i/K/KP.07.6/378/2002 |
01 Mei 2002 |
9 |
Staf Pengadilan Agama Bogor |
02 Agustus 1998 dan
|
|
|
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG |
PTA.i/K/Kp.00.3/1409/1998 |
27 Agustus 1998 |
10 |
Staf Pengadilan Agama Bogor |
01 Maret 1997 dan
|
|
|
MENTERI AGAMA KEPALA BIRO KEPEGAWAIAN |
B.II/3-E/PB.I/3661 |
17 Maret 1997 |
NO |
NAMA DIKLAT |
PENYELENGGARA DIKLAT |
NOMOR SERTIFIKAT |
TANGGAL SERTIFIKAT |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
1 |
- |
Depag |
Nomor Li/Kp.02.2/744/1997 |
08 Agustus 1997 |
2 |
Diklat Prajabatan Golongan III |
Lembaga Administrasi NegaraL |
Tidak Ada |
07 Maret 1998 |
3 |
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV |
Departemen Agama |
Nomor 8 Tahun 1999 |
30 Oktober 1999 |
4 |
Diklat Teknis Perencanaan |
Departemen Agama |
Nomor 46 Tahun 1998 |
14 Juni 2000 |
5 |
Diklat Teknis Fungsional Jurusita/Jurusita Pengganti Peradilan Agama |
Depag |
Nomor 1 Tahun 2003 |
01 Juni 2003 |
6 |
- |
Pengadilan Tinggi Agama Bandung |
Pta/K/Kp.07.6/254/2005 |
14 Februari 2005 |
7 |
Diklat Calon Hakim |
Mahkamah Agung Republik Indonesia |
Tidak Ada |
24 Maret 2008 |
8 |
Diklat Hakim Berkelanjutan Lingkungan Peradilan Agama |
Mahkamah Agung Republik Indonesia |
Tidak Ada |
26 Mei 2012 |
9 |
- |
Pengadilan Tinggi Agama Mataram |
Tidak Ada |
09 Juni 2012 |
NO |
NAMA/BINTANG LENCANA PENGHARGAAN |
TAHUN PEROLEHAN |
NAMA NEGARA/INSTANSI YANG MEMBERI |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
SATYA KARYA DWI WINDU |
2014 |
Indonesia |
2 |
SATYALANCANA KARYA SATYA XX TAHUN |
2018 |
Indonesia |
3 |
SATYA KARYA SEWINDU |
2019 |
Indonesia |
NO |
LHKPN/LHKASN |
TAHUN |
LINK |
2 |
3 |
4 |
|
1 |
LHKPN | 2021 | https://drive.google.com/file/d/1wX3wS9T7jc5QZNMXD0H2C1Dp7YWU0lNv/view?usp=sharing |